Minggu, 12 Agustus 2018

Tiga Macam Tingkatan Puasa

TIGA MACAM TINGKATAN PUASA
Oleh : Imam Nashirudin

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Puasa secara istilah ialah menahan makan & minum serta menjaga perilaku. Definisi yang demikian adalah definisi puasa secara umum. Sehingga termasuk puasa tingkatan umum atau lebih dikenal sebagai shoum al 'awam.

Lebih detailnya, Syeikh Utsman ibn hasan ibn Ahmad asy Syakir di dalam kitabnya Durroh al Nashihin telah menyebutkan tingkatan-tingkatan puasa. Beliau menyebutkan bahwa, puasa itu ada 3 tingkatan/derajat: Shoum al awam, shoum al khowash, shoum khowash al khowash.

Pertama: shoum al 'awam, yaitu puasanya orang yang hanya menjaga perut dan farjinya dari syahwat. Dalam artian, orang yang puasanya hanya menahan lapar & haus serta menjaga kemaluan itu adalah puasanya orang awam.

Kedua: Shoum al khowash,  yaitu puasanya orang khusus. Siapa itu orang khusus? Yaitu orang yang dalam puasanya senantiasa menjaga dari 5 maksiat. 5 maksiat itu antara lain: (1) maksiat mata. Seperti melihat perkara-perkara haram dan perkara yang dilarang oleh syari'at. (2) maksiatnya lisan. Seperti berbohong, mengadudomba, menggunjing, mengumpat dll. (3) maksiat telinga. Seperti mendengarkan suara maksiat atau mendengarkan rahasia orang lain dsb. (4) maksiat perut. Yaitu seperti makan makanan yang haram. Orang yang berbuka puasa dengan makanan yang haram itu diibaratkan seperti orang yang membangun kerajaan, setelah itu dirobohkan lagi. Sungguh rugi baginya. (Durroh al Nashihin: hal 12)

Hingga disebutkan dalam suatu hadits yang berbunyi:

كم من صائم ليس له من صيامه إلا الجوع والعطش

"Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari berpuasanya kecuali lapar dan haus". Hal ini disebabkan karena kurangnya menjaga dari perkara haram.

Selain menjauhi perkara haram, juga menjauhi perkara yang syubhat. Apa itu syubhat? Syubhat yaitu perkara yang hukumnya serupa antara halal dan haram. Dikatakan..

الحلال بين والحرام بين و ما بينهما أمور مشبهات.

"Perkara yang halal itu sudah jelas, begitu pula perkara haram juga sudah jelas. Sedangkan perkara diantara keduanya adalah perkara syubhat".

Jika perkara syubhat ditarik dalam al qoidah al fiqhiyyah, maka hukumnya menyamai perkara haram.

إذا إجتمع بين الحلال والحرام فالغالب حرام..
"Ketika berkumpul antara perkara halal dan haram, maka yang menang adalah hukum haram" (Al faraidl al bahiyyah 'ala qowaid al fiqhiyyah).

(5) memperbanyak makan makanan hingga memenuhi perut saat berbuka puasa, meskipun makanan tersebut halal. Demikian karena hal tersebut dibenci oleh Allah. Seperti yang disabdakan beliau:

ما من وعاء أبغض إلى الله من بطن ملئ من الحلال
"Tak ada wadah yang lebih dibenci oleh Allah SWT., dari pada perut yang dipenuhi oleh makanan halal".

Puasanya orang yang menjauhi ke lima perkara tersebut disebut shoum al khowash atau puasanya orang khusus. Yaitu puasanya para orang shaleh.

Ketiga: shoum khowash al khowash,  yaitu puasanya orang khususnya orang khusus. Bagaimana puasa mereka?, puasa mereka adalah puasa hati, dari kepentingan duniawi dan juga pemikiran tentangnya. Mereka hanya memikirkan Allah SWT., saja. Tak ada yang lainnya. Maka apabila mereka memikirkan selain Allah maka puasanya batal. Puasa mereka inilah yang termasuk puasa khowashil khowash. Yaitu puasanya para Nabi dan shodiqiin..

Menimbang 3 macam puasa tersebut, maka kita dapat mengambil pelajarannya. Yaitu, apa bila kita tidak bisa berada pada tingkatan khowashil khowash, alangkah baiknya kita berada di tingkatan khowash. Puasanya para orang-orang shaleh.

Semoga kita tetap diberi kenikmatan, sehingga dapat menjalankan ibadah puasa hingga akhir nanti. Sehingga Pada akhirnya, semoga ibadah kita diridhai Allah dan diterima di sisi-Nya. Amiin. []

Khodim PPHM Ngunut Tulungagung.
Ngunut, 19 Mei 2018 M.
/4 Ramadhan 1439 H

Rutinan Pengajian "Sirojut Tholibin" Alumni PPHM

RUTINAN PENGAJIAN "SIROJ AT THOLIBIIN" AHAD LEGI
Dibacakan oleh beliau, KH. Mahrus Maryani (Pengasuh PPHM Sunan Pandanaran)

Pada pembahasan kali ini, kajian kitab syarh Minhaj al 'abidin dimulai dengan sebuah nukilan dari Asy Syayid Murtadlo al Husain, Beliau berkata: keagungan derajat al Ghazali dan kitab-kitabnya itu lebih masyhur daripada matahari di seperempat siang. Tak akan ada orang yang melebihi derajat kitabnya kecuali orang yang hatinya diberi kelimpahan rahmat oleh Allah dengan beberapa Nur, karena kitabnya mengandung beberapa ilmu syari'at.

Ilmu syari'at itu terdiri dari: 'ilm al 'aql, 'ilm al ahwal dan 'ilm al asror. Ilmu ahwal tidak dapat diketahui kecuali dengan dzauq (perasa). Maka tidak akan bisa mengetahuinya, jika orang tersebut masih berada dalam tataran ilmu al 'aql dan ilmu al ahwal. Sedangkan ilmu al asror itu lebih dekat kepada ilmu 'aql an nadzori. Maka tak akan mampu mengurai ilmu al asror jika ia tak memiliki dzauq yang Salim.

Tak semua orang memiliki ilmu al sirri. Salah satunya ialah sahabat abu Hurairah. Beliau berkata: aku memiliki dua ilmu dari nabi. Satu yang saya ajarkan dan sebarkan kepada manusia, dan satunya lagi apa bila aku sebarkan niscaya kamu sekalian akan ingkar. Ilmu yang kedua inilah ilmu sirri.

Demikianlah beberapa ilmu syari'at menurut Imam al ghazali, yang terdiri dari 'ilm al 'aql, 'ilm al ahwal dan 'ilm al asrar.  Wallahu a'lamu bish shawab. []

Ngunut,  6 Mei 2018.
Imam Nashirudin
*) Khodim PPHM Ngunut.

Megengan Pondok SUKA Kaliwungu

Oleh : KH. Mahfud dari Gandusari Trenggalek.

Secara etamologi "Megengan" berasal dari kata Jawa yang berarti mengagungkan. Sedangkan secara istilah ialah suatu kegiatan slametan yang di dalamnya terdapat kirim do'a kepada leluhur yang sudah meninggal dan juga shodaqoh kepadanya sebelum datangnya bulan Ramadhan.

Dalam kitab washiyat al mushthofa Nabi SAW bersabda kepada Sahabat Ali r.a "tashoddaq 'ala mautak" bersedekahlah untuk orang matimu. Demikianlah nabi memwashiatkan Ali untuk menyedekahkan harta untuk para leluhurnya.

Sedangkan sedekah minimalnya yaitu dengan memberikan seteguk air. Atau sesuap nasi. Namun, jika engaku tidak mampu maka bisa dengan mengajarkan satu ayat al-qur'an. Dan jika tak mampu maka dengan membaca al qur'an. Dan jika tak mampu juga maka berdo'alah untuknya.

Karena, saat itu Allah menyuruh para malaikat untuk membawakan pahala sedekahnya kepada para pemiliknya. Dengan demikian dapat dijamin sampainya pahalanya.

Ali ma'shum krapyak dalam kitab ar risalah, telah menyebutkan tentang do'a nabi terhadap ahli kubur "allahumma igfir liman nawwaro qobrona,  wabasyirhu bil jannah kama basysyaro biha".

Dalam kitab ihya' ulum ad din,  sahabat Ali r.a berkata "Man 'alima tsumma amala tsumma 'alla yud'a alaihi fis samawat", barangsiapa yang tahu kemudian mengamalkan kemudian mengajarkannya, maka orang tersebut akan dipaggil ke langit.

"Quu anfusikum wa ahlikum narro" Terhadap ayat ini Syaikh Nawawi al bantani memberikan tafsirannya melalui kitab tafsir munir dengan makna ajarilah kuargamu sehingga mereka selamat dari api neraka. []

Ngunut,
Imam nashiruddin

KEUTAMAAN BULAN RAJAB

KEUTAMAAN BULAN RAJAB
Oleh: Imam Nasirudin

Bulan Rajab adalah salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT., di antara bulan-bulan yang lain. Jika bulan Ramadhan adalah bulan bagi ummat Nabi Muhammad, maka bulan Rajab adalah bulan bagi Allah SWT., karena dalam bulan ini Allah SWT., akan memberikan banyak ampunan bagi hamba-Nya.

Kata "Rajab" atau رجب terdiri dari tiga huruf, yakni ro',  jim dan ba'.  Huruf ro bermakna rahmatullah memiliki arti Kasih sayang Allah. Huruf jim bermakna Jurmul 'Abdi yang memiliki arti dosa-dosa atau kesalahan hamba. Sedangkan ba' bermakna birrullah yang memiliki arti kebaikan Allah. Oleh karenanya, kata Rajab memiliki maksud bulan di mana Allah memberikan kebaikan atau ampunan bagi kesalahan-kesalahan hambanya dengan lantaran sifat rahmat-Nya. (Duroh al Nashihin,  hal: 40)

Diriwayatkan dari Nabi SAW., bahwasanya beliau bersabda:
"من احياء أول ليلة من رجب لم يمت قلبه إذا ماتت القلوب وصب الله الخير من فوق رأسه  صبا، وخرج من ذنوبه كيوم ولدته أمه و يشفع لسبعين ألفا من أهل الخطايا قد يستوجبوا النار"
"barangsiapa menghidupkan malam pertama di bulan Rajab maka hatinya tidak akan mati,  dan jikapun hati itu mati maka Allah akan menuangkan kebaikan dari atas kepalnya dan mengeluarkan dosa-dosanya hingga bersih seperti halnya ketika ia dilahirkan oleh ibunya. Selain itu juga ia dapat menolong tujuh puluh ribu orang ahli maksiat yang berhak masuk neraka". Subhanallah, begitu besar Rahmat Allah yang diberikan kepada hambanya. (Durroh al Nashihin, hal : 40).

Tak heran jika di bulan rajab ini banyak kaum muslim memperingatinya dengan berbagai macam amal. Di antaranya dengan bersedekah, mengadakan majelis dzikir, mengadakan majelis shalawat, mengadakan pengajian akbar dan lain sebagainya. Ada juga yang mengamalkannya dengan menjalankan puasa-puasa sunnah, hal ini karena ada keutamaan tersendiri bagi yang mau berpuasa di dalamnya sesuai dengan jumlah hari ia menjalankan puasa.

Disebutkan pula dalam kitab Durroh al Nashihin bahwasnya barangsiapa berpuasa sehari maka ia akan mendapatkan ridha Allah yang mulia. Barangsiapa berpuasa selama 2 hari maka ia akan mendapatkan pujian ahli langit dan bumi sebagai orang yang mulia di sisi Allah SWT. Barangsiapa berpuasa selama 3 hari, maka ia akan dijaga dari bencana alam, siksa akhirat, sifat gila dan fitnah dajjal. Barangsiapa berpuasa selama 7 hari, maka akan dikunci baginya 7 pintu neraka jahannam. Barangsiapa berpuasa selama 8 hari, maka ia akan dibukakan 8 pintu surga. Barangsiapa berpuasa selama 10 hari, maka Allah akan mengabulkan segala permintaannya. Barang siapa yang berpuasa selama 15 hari, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu dan mengganti keburukannya dengan kebaikan-kebaikan.

Diriwayatkan dari Sahabat Abu bakar Ash Shiddiq, bahwasanya beliau pernah berkata: Tatkala sepertiga malam jum'at pertama di bulan rajab telah berlalu, para malaikat di langit dan di bumi semuanya berkumpul di dalam Ka'bah. Maka, Allah melihatnya dan berkata "Wahai para malaikat, mintalah sesuatu sesukamu!" kemudian para malaikat menjawab "Wahai tuhanku, kebutuhan kami hanyalah ingin memintakan ampun bagi orang yang berpuasa di bulan Rajab", maka Allah pun menjawab "qod ghoffartu lahum. Aku telah mengampuni mereka". (Durroh al Nashihin,  hal : 41)

Demikianlah beberapa keutamaan dari berbagai macam keutamaan bulan Rajab. Semoga kita semua mendapatkan kesempatan beribadah di bulan rajab dan sya'ban, serta di pertemukan lagi dengan bulan Ramadhan. Amiin.[]

*Peneliti di Pusat Studi Pesantren (PSP) IAIN Tulungagung.
Ngunut-Tulungagung,  18 Maret 2018.

INDAHNYA ILMU NAHWU

INDAHNYA ILMU NAHWU
Oleh: Imam Nasirudin

Telah masyhur di kalangan kaum santri sebuah jargon yang berbunyi "Man tabahharo 'ilman wahidan, tabahharo jami'al ulum", "barangsiapa menguasai satu fan ilmu, maka ia akan menguasai seluruh fan ilmu_ yakni ilmu Nahwu". Jargon tersebut merupakan jargon andalan ulama' Kufah, yang terkenal dengan nama Imam Kisa'i.

Beliau merupakan ulama' ahli Nahwu besar yang sangat terkenal di daerah Kufah Baghdad. Selain itu beliau juga penggemar berat ilmu Nahwu, sampai-sampai beliau berkeyakinan bahwa jika dapat menguasai ilmu Nahwu, maka ia dapat menguasai seluruh ilmu.

Kata-kata Imam Kisa'i tersebut terkenal di berbagai daerah dan kalangan. Hingga suatu hari datanglah seorang ulama' Fiqih kepada Imam Kisa'i. Dia bermaksud menguji apakah kata-kata Imam Kisa'i itu bisa dibuktikan. Terutama dalam fan ilmu yang lainnya.

Benar saja, setelah ia bertemu dengan Imam Kisa'i, ia mengujinya dengan pertanyaan Fiqih. "Wahai Imam Kisa'i!  Bagaimana pendapatmu tentang dua jum'atan dalam satu desa?" tanya ulama' fiqh kepada Imam Kisa'i. Bukannya menjawab dengan dalil Fiqih, Imam kisa'i malah melantunkan sebuah bait Alfiyyah ibn Malik,  yang berbunyi:

وَفِي اخْتِيَارٍ لاَ يَجِيئُ المُنْفَصِلْ #
                       إِذَا تَأَتَّى أَنْ يَجِيْئَ المُتَّصِلْ
                       ‎
"Dalam keadaan ikhtiar (normal), tidak diperkenankan berpisah apabila masih dimungkinkan untuk bersatu".

Jadi hukum dua jum'atan dalam satu desa tidak diperkenankan. Terutama jika masih dimungkinkan untuk bersatu dan tidak adanya udzur untuk berpisah. Demikian jawab Imam Kisa'i terhadap pertanyaan ulama' fiqih. Dan ternyata jawaban tersebut sesuai dengan hukum fiqih. Yang mana dalam hukum Fiqih, tidak diperkenankan melakukan dua jum'atan dalam satu desa jika tidak ada udzur. Seperti tidak cukup menampung jama'ah dalam satu masjid, adanya permusuhan dan jarak yang saling berjauhan sehingga tidak bisa mendengar adzan. (Al Syarqawiy: Juz 1, hal: 263).

Setelah mendengarkan semua penjelasan dari Imam Kisa'i, ulama Fiqih itu pun membenarkan jargon andalan dari Imam Kufah tersebut.

Dalam kasus yang lain, ada kisah serupa tentang seorang Kiai yang menerima pertanyaan dari tamunya.

Suatu hari, di rumah kiai kedatangan seorang tamu. Ia berdiskusi banyak dengan sang kiai. Kemudian diajaklah tamu tersebut makan bersama. Seperti pada umumnya kaum santri, kalau makan mesti _muluk_ (makan tanpa sendok), melihat hal tersebut tamu tadi bertanya kepada sang kiai "maaf pak yai, mengapa anda makan muluk tidak pakai sendok aja. Kan udah disediakan sendok?". Seketika itu pak yai melantunkan bait alfiyah,,

وَفِي اخْتِيَارٍ لاَ يَجِيئُ المُنْفَصِلْ #
                      إِذَا تَأَتَّى أَنْ يَجِيْئَ المُتَّصِلْ
"Dalam keadaan ikhtiar (bebas), tidak diperkenankan terpisah (nyendok) apabila masih dimungkinkan untuk langsung (dengan tangan)".

Makanya saya lebih suka muluk, selain itu muluk dengan tangan itu kan termasuk sunnah nabi. Mendengar penjelasan tersebut tamu tadi mengangguk membenarkannya.

Demikianlah kalau seseorang sudah Cinta dengan ilmu nahwu, kemana-mana ia akan menganalogikan dengan ilmu nahwu. Sampai-sampai menggombal pun memakai ilmu nahwu. Demikian kata para remaja:

Jika kamu sebagai musnad, maka aku sebagai musnad ilaihnya yang selalu bersandar padamu.

Jika kamu na'at, maka aku sebagai man'utnya. Yang akan akan selalu mendampingi na'at dalam semua i'rabnya.
Di kala marfu' (senang), akupun akan rofa'. Di kala kamu majrur (susah), maka aku pun jar. Susah senang aku akan selalu di sisimu.
Jika kamu syarat, maka aku jawabnya. Yang akan menjawab semua keluh-kesahmu.


Imam Nasirudin
Peneliti Pusat Studi Pesantren (PSP)  IAIN Tulungagung.
Ngunut, 10/02/2018.

Memperoleh Derajat Luhur di Sisi Alloh, ala Alfiyyah ibn Malik

Memperoleh Derajat Luhur di Sisi Alloh, ala Alfiyyah ibn Malik.
Oleh: Imam Nasirudin

Memperoleh derajat luhur di sisi Allah SWT., adalah dambaan setiap insan muslim. Siapapun akan mendambakannya, sekalipun ia hanya memiliki iman seberat Zarah pun. Ia pasti mendambakannya. Lantas bagaimana cara memperolehnya?

Berikut ini akan dipaparkan bagaimana cara memperoleh derajat luhur di sisi Allah SWT., menurut kitab Nahwu yang sudah Fenomenal, yaitu Khulashoh Alfiyyah ibn Malik. Syeikh Jalaludin ibn Abdillah ibn Malik Al Andalusiy berkata dalam kitabnya:

بِالجَرِّ وَالتَّنْوِيْنِ وَالنِّدَى وَ أَلْ #
      وَ مُسْنَدٍ لِلإِسْمِ تَمْيِيْزٌ حَصَلْ
Derajat luhur di sisi Allah SWT., itu dapat diperoleh melalui:
JAR (harus tunduk dan tawadlu'),
TANWIN (niat yang benar mencari ridha Allah SWT.),
NIDA' (berdzikir),
AL (berfikir),
Musnad ilaih (beramal nyata),

Demikianlah menurut Alfiyah cara memperoleh derajat luhur. Pertama_ ,  harus tunduk dan tawadlu'. Yaitu merendahkan diri kepada sang pencipta juga kepada guru atau syeikh. Hal ini, telah dilakukan dan dialami sendiri oleh muallif kitab alfiyah ini dengan suatu kisah yang menarik.

Sesuai namanya, Afiyah ialah nadhom syair Nahwu-Shorf yang berjumlah seribu bait. Alfun dalam bahasa Indonesia berarti seribu. Konon seribu bait itu telah selesai beliau karang dalam ingatannya yang kuat, sebelum beliau tuliskan dalam sebuah kitab. Namun, mengapa jumlah nadhom alfiyah itu menjadi 1002 bait? Yakni seribu lebih dua bait.

Kedua nadhom tambahan tersebut berkaitan dengan sifat ta'dhimnya muallif kepada pendahulunya, Ibnu Mu'thi. Suatu ketika Imam ibn Malik mulai menuliskan kitabnya tersebut, bait demi bait. Sampailah beliau pada nadhom yang ke lima yang berbunyi:
.......... # فَائِقَةً أَلْفِيَةَ إِبْنِ مُعْطِيْ.
(Alfiyah ku) lebih unggul dari pada alfiyahnya Ibn Mu'thi.

Seketika itu, beliau tidak dapat melanjutkan alfiyahnya. Seribu nadhom yang telah beliau karang dan proyeksikan dalam ingatannya sirna seketika itu. Hal ini berlanjut hingga dua tahun lamanya. Hingga suatu ketika beliau bermimpi bertemu dengan seseorang.

Dalam mimpi tersebut orang itu berkata: "saya mendengar bahwa kamu telah mengarang kitab Alfiyah yang menerangkan ilmu Nahwu, benarkah itu?". "Ya" jawab Ibnu Malik. "Sampai di manakah kamu mengarang kitab tersebut? ". Beliau kemudian menjawab sampai batas karangannya. "Mengapa kamu tidak melanjutkannya?". "Semenjak hari itu, saya tidak bisa melanjutkannya lagi" jawab ibnu Malik. "Apakah kamu ingin melanjutkannya?". "Sudah barang tentu saya ingin melanjutkan karangan tersebut". "Kalau kamu memang masih ingin melanjutkannya, ketahuilah wahai Ibnu Malik bahwasanya seorang yang masih hidup terkadang mampu mengalahkan seribu orang mati".

Mendengar jawaban tersebut, Ibnu Malik merasa kaget, saat itulah beliau tersadar dengan apa yang ia ucapkan dalam salah satu bait Alfiyahnya. Dalam bait tersebut jelas sekali beliau lebih mengunggulkan kitab Alfiyah hasil karyanya ketimbang kitab alfiyah karya ibnu Mu'thi. Kemudian beliau bertanya: "apakah anda yang bernama Ibnu Mu'thi?. Orang tersebut menganggukan kepala. Seketika itu juga ibnu Malik merasa malu kepada ibnu Mu'thi. Keesokan harinya beliau meralat bait yang telah dikiaskan oleh ibnu Mu'thi dengan bait yang lain. Akhirnya beliau menambahkan dua bait berikut:
وَهْوَ بِسَبْقٍ حَائِجٌ تَفْضِيْلاَ #
مُسْتَوْجِبٌ سَنَائِيَ الجَمِيْلاَ

وَاللَّهُ يَقْضِي بِهِبَةٍ وَافِرَةْ #
لِيْ وَلَهُ فِيْ دَرَجَاتِ الآخِرَةْ

Bagaimana pun dia (ibnu Mu'thi) lebih dulu yang pantas diunggulkan
Dan harus diberi pujian yang Bagus.
Semoga Allah memberi pahala yang sempurna
Untuku dan untuk beliau yakni derajat akhirat.

Demikianlah akhlak mulia para 'ulama aslafuna al sholihin. Selalu menghormati dan tawadhu terhadap ulam' lainnya.Lebih-lebih kepada gurunya, mereka selalu ta'dhim kepada guru-guru mereka.

Kedua,  tanwin atau niat yang benar mencari ridha Allah SWT. Begitu pentingnya sebuah niat, demi memperoleh derajat luhur di sisi Allah. Tanpa niat, sholat, puasa, haji tidak akan sah. Oleh karenanya, niat sangat penting adanya. Disebutkan dalam kitab Ta'lim al Muta'alim: "Betapa banyak amal yang kelihatannya bernilai akhirat, namun hasilnya menjadi amal dunia. Sebaliknya betapa banyak amal yang bernilai dunia, namun hasilnya menjadi amal akhirat. Hal ini karena ditentukan oleh baiknya niat". Demikianlah pentingnya niat.

Ketiga, nida' atau berdzikir. Berdzikir adalah upaya seseorang untuk selalu ingat kepada sang Pencipta. Adapun cara berdzikir dapat dengan membaca wirid-wirid, do'a,  dan lain sebagainya.

Keutaman berdzikir ini sangat banyak sekali, seperti yang telah disebutkan oleh hujjah al Islam Syeikh Abu hamid al Imam al Ghozali. Bahwasanya, keutaman dari dzikir itu dapat membahagiakan perasaan, menenangkan fikiran, mendapatkan akhir yang husnul khatimah, dan pahala surga. (Ihya' al 'ulum al Din, juz 1: hal 347)

Selain itu Allah SWT., berfirman : "yaa ayyuhal ladzina amanu udzkurulloha dzikron katsiro"... Wahai orang-orang yang beriman perbanyaklah dzikir..

Keempat, AL atau berfikir. Cara memperoleh derajat di sisi-Nya selanjutnya yakni dengan berfikir. Berfikir di sini adalah memikirkan ciptaan Allah, ke Esaan-Nya,  dan keagungan sifatnya.

Kelima, Musnad ilaih atau beramal nyata. Di sinilah pentingnya hablum minan nas, selain hablum minallah. Beramal nyata berkaitan erat dengan hubungan seseorang dengan manusia yang lainnya. Terutama manfaat yang diperuntukkan orang lain. Dalam bahasa pesantrennya sering disebut amal Muta'adi, yaitu amal yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

Almaghfurlah KH. Ali Shodiq Umman, pendiri Pon. Pes. Hidayatul Mubtadiien pernah berkata "Almuta'adiy afdlolun minal qoshiir". Amal yang muta'adi itu lebih baik dari pada amal yang qoshir. Dari pada duduk menyendiri lebih baik digunakan untuk belajar, mengajar murid-murid karena manfaatnya lebih dirasakan oleh orang banyak.

Demikan lima langkah memperoleh derajat luhur di sisi Allah SWT., menurut bait Alfiyah Ibnu Malik al Andalusiy. Semoga bermanfaat bagi para pembaca.[]

Imam Nasirudin
Peneliti Pusat Studi Pesantren (PSP) IAIN Tulungagung.
Ngunut-Tulungagung, 13-02-2018.


Semangat pagi

Bergerak dan bergerak

Mengapa dengan waktu yang sama, ada orang yang cendrung produktif; membuat karya tulis, membaca buku, mengerjakan tugas perkuliahan, menghadiri majelis dan lain sebagainya. Namun, di sisi lain dengan waktu yang sama. Satu hari yang setara 24 jam. Ada juga orang yang cenderung kurang produktif. Dari pagi hingga pagi lagi, hanya menghabiskan waktu dengan bermain-main game, tiduran, dan mengerjakan hal-hal yang tak perlu.

Sesungguhnya hal yang demikian adalah sesuatu yang normal, sebagai manusia yang dibekali dengan nafsu manusiawi. Kadang kala senang, semangat dan enerjik. Kadang kala sedih, lesu dan malas. Tentunya hal yang demikian membutuhkan suatu pengendalian.

Menurut hukum newton I : "sebuah benda yang bergerak, akan cenderung terus bergerak. Sebaliknya, benda yang diam akan cenderung terus diam". Begitu juga dengan manusia. Jika ia mau bergerak (usaha),  maka ia akan cenderung terus bergerak (produktif).  Sebaliknya, orang yang cenderung diam, dia akan selalu diam atau malas.

Contoh kecil yang dapat diterapkan misalnya. Setelah shalat subuh, jangan kembali ke tempat tidur (karena tidur) tapi bergeraklah. Bisa juga dengan lari pagi, membersihkan halaman, merapihkan perabot rumah atau juga olah raga kecil. Hal ini menghindari tidur di pagi hari.

Tidur di pagi hari sangat dibenci Nabi. Selain itu juga bisa mengurangi rezeki. Teringat kata-kata ibunya Azzam dalam KCB 2 "kalau kamu pagi-pagi tidur, rezekimu akan hilang. Dipatok ayam". Sebenarnya kata-kata tersebut sudah masyhur di kalangan masyarakat Jawa. Jawa Timur khususnya. Jika pagi-pagi tidur, maka rezekinya akan berkurang. Justru jika digunakan untuk sholat dhuha maka rezekinya akan bertambah.

Maka supaya tubuh itu tidak cenderung malas, solusinya ialah memaksanya untuk bergerak. Bergerak dan bergerak. Karena, dengan bergeraklah seorang mahasiswa dapat menyelesaikan skripsinya, dengan bergeraklah seorang petani dapat memanen padinya. Pun dengan bergeraklah seorang hamba mendapat ridha-Nya.

Terakhir semoga kita semua mendapatkan kekuatan dan ma'unah-Nya sehingga kita semua dapat selalu bergerak dengan istiqamah.

Imam Nashiruddin,
Khodim PPHM Ngunut Tulungagung
Ngunut,  19 Mei 2018.




DATA ARSIP PANITIA PSB YAYASAN PONDOK PESANTREN NGUNUT SEJAK TAHUN 2015 S.D TAHUN 2020 A.     PANITIA PSB YP2N 1.      Tahun 2015-2...